Alhamdulillah, kalimat yang senantiasa saya ucapkan untuk mensyukuri nikmat-Nya yang sungguh Agung.

Banyak rintangan terlewat, Alhamdulillah saya diberi kemudahan ketika penelitian skripsi saya hingga sidang. Walaupun terlambat 2 bulan dari Agustus untuk tepat 4 tahun, akhirnya saya resmi mendapat gelar S.Kom pada bulan November 2018 kemarin.

Setelah menyelesaikan pendidikan S1 di Ilmu Komputer UGM, banyak permintaan dari orang tua agar saya langsung melanjutkan S2. Namun hati saya ingin menjalani karir profesional secepatnya.

Beberapa hari setelah wisuda, saya melakukan riset dan mengatur rencana kemungkinan-kemungkinan dan kesempatan yang ada. Diawali dengan niat ingin ke luar negeri. Saya cari kesempatan beasiswa di Luar Negeri.

Ada dua kesempatan waktu itu yang saya anggap syaratnya masih bisa saya penuhi dengan cepat pada bulan November. Beasiswa Erasmus dan Jepang, hanya memerlukan syarat bahasa dengan TOEFL PBT lebih dari 550.

Singkatnya saya mencoba tes TOEFL dan skor saya masih belum memenuhi syarat tersebut.

Akhirnya secara singkat ikhtiar saya memutuskan untuk bekerja sekaligus melanjutkan jenjang pendidikan S2 di dalam negeri.

Setelah wisuda, beberapa tawaran sempat saya dapatkan baik dari jaringan teman, maupun dari profile online di LinkedIn. Pada dua kesempatan pertama saya ditolak, beberapa yang lain kurang cocok dengan sistem kerjanya.

Waktu itu prioritas saya adalah pekerjaan yang di Yogyakarta dengan salary yang dapat digunanakan untuk membangun masa depan sejak awal. hehe

Akhirnya saya terbesit salah satu perusahaan yang lumayan meyakinkan yang membuka cabang di Yogyakarta. GDP Labs! Sekali lagi Alhamdulillah saya melewati proses rekruitmen dengan baik dan saya bisa memulai pekerjaan pada bulan Februari 2019.

Sekilas tentang GDP Labs

GDP Labs merupakan sebuah perusahaan yang berfokus pada pengembangan perangkat lunak dan digital yang didirikan sejak tahun 2012 berpusat di Jakarta, memiliki 5 remote office di Bandung, Bali, Yogyakarta, dan Surabaya. GDP Labs merupakan research and learning center, jadi pekerjaan sebagai Engineer di GDP Labs adalah belajar, dan juga membantu project dari sister company nya milik GDP Venture. Jadi kamu bisa merasakan kultur bekerja di Kaskus, Catapa, GLAIR, dll.

Company Profile GDP Labs

GDP Labs termasuk perusahaan besar tapi lingkungan dan budayanya seperti sebuah startup. Sangat santai, tapi dengan disiplin yang tinggi. Dengan gaji yang kompetitif, sangat menguntungkan apabila saya di Yogyakarta dengan biaya hidup yang relatif murah. Budaya yang continuous learning seperti belajar terus tapi dibayar, seperti kuliah lagi, tapi dibayar. 🙂

Katanya di GDP Labs ini juga banyak berkumpul alumni TOKI (Tim Olimpiade Komputer Indonesia). Well, banyak orang jenius di sini. Saya di sini mungkin bukan orang setara mereka, tapi harapan saya bisa belajar dari lingkungan yang mendukung. Akhirnya harapan saya saya juga bisa jadi secerdas mereka.

Yang saya suka dari GDP Labs adalah dipimpin oleh CEO sekaligus CTO yang telah berpengalaman di Silicon Valey dalam industri software yang akhirnya ingin membawa budaya Silicon Valey ke Indonesia. Saya pernah baca artikel Pak On Lee berjudul A Software Engineer Journey, saya melihat bahwa ada konsentrasi yang penuh pada SDM. Kata beliau industri software sangat bergantung SDM, maka di sini tak hanya diajarkan bagaimana merintis karir sebagai software engineer yang profesional, melainkan juga mendapat hal-hal lain seperti manajemen, bisnis, dan kepemimpinan.

Proses Rekruitmen di GDP

Beberapa tahapan proses rekruitmen di GDP Labs ini secara ringkas melalui beberapa tahapan ini :

  1. Apply melalui Catapa
  2. Coding Test (Online) Hackerrank
  3. User Interview
  4. Psikotes dan Interview HRD
  5. Job Offering
  6. Medical Check Up

Saya akan mencoba berbagi tahapan-tahapan yang saya lalui pada setiap tahap rekruitmen di atas.

Apply melalui Catapa

GDP Labs memiliki platform sendiri untuk sistem rekruitmennya. Yaitu pada laman career.catapa.com di sana terdapat lowongan pekerjaan dari GDP Labs dan langsung dapat apply pada posisi yang diinginkan. Well, saya mendaftarkan diri dengan posisi Software Development Engineer untuk penempatan di Kantor Yogyakarta.

Untuk apply, setelah memilih posisi yang diinginkan, di sana disodorkan form data diri, upload CV dan Cover Letter (opsional). Saya sesuaikan CV saya dan mulai membuat cover letter. Beberapa hari ada tanggapan melalui email untuk mengerjakan tes koding online melalui platform Hackerrank.

Coding Test (Online)

Coding test ini sepertinya sudah menjadi standard perusahaan IT sebagai proses awal untuk menguji calon karyawannya. Konsepnya adalah dengan mengerjakan beberapa soal programming, kemudian disuruh menyelesaikannya dengan bahasa pemrograman yang nyaman bagi kita selama waktu tertentu.

Email masuk kepada saya waktu itu berisi link menuju hackerrank. Saat memutuskan untuk memulai tes, maka usahakan memiliki internet yang bagus dan jangan sampai terteledor dengan listrik mati, karena pewaktu yang sudah mulai tak bisa dihentikan. Saya dikasih waktu 2 jam untuk menyelesaikan 4 soal. Soal pertama terlihat rumit, setelah baca sekilas 1-2 menit, kemudian saya melanjutkan untuk melihat soal berikutnya. Ketiga soal berikutnya terasa mudah menurut saya.

Waktu telah berjalan 1 jam, dan sisa 1 jam untuk mengerjakan soal nomor 1. Menggunakan kertas HVS saya mencoret-coret ide untuk menyelesaikan masalah. Saya lihat waktu tersisa 35 menit saya menemukan ide solusinya. Selama 35 menit saya mencoba mengimplementasikannya dalam kode. Akhirnya sisa 5 menit saya sedikit stuck implementasinya belum selesai. Akhirnya submit seadanya. Namun, tak selesai di situ saya selesaikan kodingan soal nomor 1. Lalu mengirimkannya melalui email rekruiter dan menginformasikan bahwa ada kendala pada soal nomor 1 sekaligus saya kirimkan code yang komplit. Dibalas dan akhirnya saya lolos.

Yang perlu diperhatikan sebelum melakukan coding test :

  1. Biasakan dengan platform hackerrank. Buatlah akun hackerrank dan cobalah membiasakan diri dengan linkungannya sebelum memulai coding test. Latihan yang banyak sampai anda yakin untuk memulainya.
  2. Baca buku “Cracking Coding Interview” yang ditulis oleh salah satu perekruit dari Google yang telah berpengalaman. Opsional, tapi sangat disarankan untuk bisa melalui tahapan coding test maupun user interview (tahap selanjutnya). Di buku ini dijelaskan proses perekruitan Engineer di Google dan perusahaan-perusahaan software di Silicon Valey. Isinya juga diberikan soal-soal yang seringkali ditanyakan pada coding interview sekaligus dengan solusinya. Bagian yang penting dibaca menurut saya pada bagian analisis kompleksitas algoritma. Di kuliah S1 dulu terlihat susah, tapi dijelaskan dengan sangat ringkas dan mudah dipahami pada buku ini.

User Interview

Setelah lolos koding tes, maka akan diberitahu untuk diagendakan user interview. Waktu itu saya pikir akan interview biasa. Ternyata tidak. User Interview ini di dalamnya ada coding interview. Pewawancaranya adalah senior-senior software engineer di GDP Labs.

Awalnya memang ditanya seperti interview biasa. Namun, saya kaget ketika disodorkan sebuah laptop dan kertas untuk corat-coret. Yaps, Coding interview. Untungnya saya telah sedikit banyak membaca buku Craking Coding Interview.

Yang saya pelajari dari coding interview ini dari buku Cracking Coding Interview ini adalah bahwa harus dapat mengutarakan proses berpikir untuk mencapai solusi. Pastikan dan konfirmasi ke interviewer tentang asumsi-asumsi dan batasan yang belum jelas pada soal, misalkan. “Apakah saya bisa mengasumsikan inputnya sudah dalam bentuk integer?”.

Ada yang menarik juga ketika persoalan tersebut dapat diselesaikan dengan beberapa cara. Di sinilah letak pentingnya memahami analisis kompleksitas algoritma. Kebetulan soal yang saya dapat bisa diselesaikan dengan kedua cara itu, lalu saya ditanya tentang kompleksitas algoritmanya. Jawab dengan berdasarkan kompleksitas waktu dan ruangnya menggunakan big Oh. Big Oh yang dimaksudkan agak berbeda dengan yang diajarkan di akademis. Saya sarankan baca buku Cracking Coding Interview bagian analisis kompleksitas. Di sana anda akan paham!

Dikasih beberapa soal programming, namun saya harus menyelesaikannya di hadapan para pewawancara secara langsung (live coding). Waktu itu user interview di kantor Jogja. Well, setelah selesai interview, saya dipersilahkan pergi dan ditanya untuk kesediaan mengikuti proses selanjutnya yaitu psikotes.

Psikotes & Interview HR

Setelah melalui user interview ini, saya mulai dihubungi secara pribadi oleh HR.  Waktu itu beberapa hari setelah user interview, saya diagendakan untuk Psikotes di kantor pusat Djarum di Kudus, Jawa Tengah.

Dengan modal nekad saya motoran ke Kudus. Bersama dengan asisten navigasi Google Maps yang beberapa kali menjerumuskan saya masuk ke jalan-jalan hutan yang sangat sepi dan jalan hampir tersesat! Semalam saya menginap di penginapan dekat kantor pusat Djarum, lalu paginya psikotes. Psikotesnya tidak jauh beda dengan psikotes yang biasa diadakan oleh instansi lain.

Dua minggu setelah interview, saya ditelepon langsung oleh manajer HR untuk Job Offering.

Job Offering

Pada tahap ini Manajer HR memberitahu keputusan tentang salary yang bakal kita dapatkan dan fasilitas-fasilitas apa saja yang akan didapatkan saat bekerja nanti. Sebenarnya di tahap ini pula lah kita bisa bernegosiasi masalah gaji.

Medical Check Up (MCU)

Setelah offering disampaikan, saya diagendakan untuk melakukan MCU di salah satu klinik besar yang ada di Jogja.  Tes kesehatan ini merupakan tes terakhir. Well, setelah menunggu waktu beberapa hari, akhirnya selesai dan saya dinyatakan diterima untuk bekerja di GDP Labs Yogyakarta.

Sekian pengalaman saya melamar pekerjaan di GDP Labs, semoga artikel selanjutnya saya bisa berbagi kembali tentang kehidupan pekerjaan di sini. Semoga bermanfaat.


Jika kalian tertarik dengan GDP Labs, artikel-artikel berikut sangat bagus untuk kalian baca dari CEO & CTO GDP Labs sendiri Pak On Lee. Dari artikel ini kalian akan menemukan kenapa kalian harus gabung dengan GDP Labs apabila kultur GDP Labs cocok dengan kalian:

HIRING 1,000 GREAT SOFTWARE ENGINEERS!

We are in the process of scaling up our team to 1,000 great software engineers in five major cities: Bali, Bandung, Jakarta, Surabaya and Yogyakarta in Indonesia. There is a global shortage of great software engineers. Therefore, we are going to where the talent is. This is part of the answers to a question posted on Quora: What are some of GDP Venture’s strategies to attract talent?

Leave a comment

Your email address will not be published.